Ketika itu,
seakan aku berjalan tanpa kaki, melayang, lemas, tak bertenaga dan air mata
yang tak kuasa ku bendung membanjiri mataku.
Di umurku
yang masih sangat muda dan membutuhkan kasih sayang. Seorang yang selalu
menjadi sandaran, tempat bercerita, harus meninggalkanku tanpa ada suatu pertanda.
Pagi itu aku pergi ke sekolah dasar di bandung, entah karena alasan apa mamah
dan bapak memilihkan sekolah yang jaraknya tidak dekat dari rumahku, sehingga mengharuskanku menaiki angkutan umum dan
menyebrangi rel kereta api, padahal masih ada beberapa sekolah yang bisaku tempuh dengan berjalan kaki, mungkin ini bukan persoalan yang
harus dipertanyakan, karena orang tua pasti telah memikirkannya lebih matang untuk kebaikanku.
Kadang aku, adikku dan kakakku, aku anak kedua dari
empat bersaudara, selalu pergi bersamaan menuju sekolah. Ketika
masih duduk di kelas 1 sd mamahlah yang mengantar dan menjemputku dan sekarang, aku sudah naik ke kelas
lebih tinggi, dan mamah pun sibuk untuk mengurus adikku yang baru berumur 4 tahun, maka mamah mengajarkanku untuk berangkat dan pulang sekolah
sendiri tanpa di dampingi mamah.
23 Agustus tahun 1994, aku
dipanggil pak guru setelah beliau ditemui dengan seorang yang datang kekelasku untuk
memohon izin agar aku pulang, dan pak gurupun memanggilku dan meminta untuk pulang.
aku pun terkaget, jarang sekali aku dipanggil pulang di sela pelajaran berlangsung,
dan yang membuat aku bertanya-tanya, yang menjemputku bukanlah orangtuaku atau
saudara-saudaraku, aku pun pamit dan keluar.
"Ada apa….?, kenapa aku disuruh pulang….?'' Tanyaku lugu.
Itu…bapakmu mau mengajakmu pergi kerumah nenek, '' jelas tetanggaku
Aneh sekali kedengaranya, karena biasanya hanya mamah yang sering
mengajakku berpergian.
Karena ruangan kelas 6 sedikit berjauhan dengan kelas 4 aku pun
menghampiri kelas adikku dan mengajaknya pulang, setelah tetanggaku memintakan
izin dari walikelasnya, lalu kita pun pulang bersama.
kami berjalan menuju pemberhentian angkutan umum.
"kenapa teh kita disuruh pulang…?'' tanya adikku , "Kita mau
diajak ke rumah nenek katanya….'' Jawabku. Perasaan aneh aku rasakan dalam
perjalanan, seakan para penumpang menceritakan sesuatu hal yang terjadi, tapi hanya
terdengar lirih karena hati tak jelas perasaannya, pertanyaan '' ada apa? ''
berulang kali mampir dipikiranku ku.
Setelah angkutan umum berhenti didepan gang, hati ini tambah tak karuan,
aku pun masuk kedalam rumah, selain dipenuhi banyak orang, keadaan rumah sudah berubah
posisi seperti akan ada suatu acara didalamnya, padahal sebelum kepergian ku
kesekolah, mamah sudah merapihkannya seperti hari-hari biasa.
Tak lama terdengar suara tangisan dari dalam kamar, aku pun memasukinya,
kakakku menangis, semua orang ribut membicarakan ciri-ciri dan warna pakaian
seseorang, "Aa…kenapa? '' tanya ku. Tanpa ku sadari apa yang sebenarnya terjadi, Para
tetangga dan saudara memenuhi kamarku dan saling bergantian mengelus kepalaku, "mamah…mamah…,
mamah tertabrak kereta api'' jelas kakakku.
Akhirnya rasa penasaranku terjawab sudah, seketika itu aku pun menangis keras dan menenggelamkan kepalaku ke
bantal, sungguh pedih sekali.
Menangis dan terus menangis, sambil berharap pada Allah, ya Allah…
jangan kau ambil mamah, biarlah mamah hidup meski dalam keadaan cacat, itu
adalah ucapanku dalam hati ketika itu. Dan ternyata pagi itu adalah ciuman
tangan terakhir kami untuk mamah, seakan mamah berpamitan pada kami.
Mamah menjadi salah satu korban tabrakan kereta api, waktu itu kira-kira
jam 10.00 pagi, mamah menjemput anak uwa
(panggilan om disunda) di sekolah tk nya, mamah menaiki angkutan umum dari gang
seperti biasa, supir yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi rambu-rambu, mungkin itu yang menyebabkan kecelakaan
naas itu, ketika itu palang kereta api yang hampir tertutup dia serobot begitu
saja, dia menyangka bisa mendahului kereta yang akan lewat, tapi takdir berkata
lain, 4 penumpang di belakang pun tewas termasuk mamah, hanya supir dibagian
depan yang selamat dan melarikan diri, mungkin ia ketakutan.
Sungguh tiada daya ketika itu, di
umur yang masih membutuhkan kasih sayang dan dukungan penuh dari kedua orang
tua, aku harus mengalami ujian yang berat ini.
Kehidupan pun berubah drastis 360 derajat, dari keadaan yang selalu
dimanjakan, kondisi yang berkecukupan kasih sayang, bahkan mapan materi, tetapi
setelah mamah tiada, keadaan tersebut semua berubah total, tiga hari sebelum
kepergian mamah toko keluargaku habis di lahap si jago merah, tidak terpikir apa yang akan terjadi
selanjutnya, kami hanya bisa pasrah dan ternyata masih banyak cerita dibalik
itu semua.
Hari demi hari masih terlarut dalam kesedihan, tidak bisa aku hindari
sama sekali, acara tv yang meliput kejadian membuatku teringat kembali, air
mata pun menetes lagi.
Akupun mulai berandai-andai, jikalau mamah masih mendapatkan kesempatan
hidup meski dalam keadaan cacat, aku akan menemaninya kemana pun dan saling
bercerita meski harus dengan mendorong roda, tetapi Allah Maha Adil mengetahui
yang terbaik dan yang paling baik untukku dan semua
keluargaku, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi
jika mamah hidup dalam kondisi kekurangan. Tetapi, sekarang aku mengerti bahwa
tidak semua yang kita inginkan itu akan berdampak baik untuk kita, seperti
firman Allah:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui. (Al-baqarah 216)
Meski
bapak terlihat tegar dalam menghadapi cobaan ini, sesungguhnya beliau rapuh
didalamnya, seperti bingung memandangi kehidupan selanjutnya tanpa kekasih
tercinta yang menemani disisinya, rumah kami di kontrakan, aku, adikku dan kakakku di masukan ke pondok pesantren di jawa
timur, adek bungsuku pun ikut di pondokan ketika umurnya menginjak 5 tahun,
umur yang masih sangat muda sekali untuk dipisahkan, dengan alasan bapak takut
tidak mampu mengasuh dan mendidik kami dengan baik, karena bapak harus tetap
mencarikan nafkah.
Aku seakan dibuang dari kehidupan yang seharusnya
kami masih di manja, dibelas kasih oleh orangtua, tetapi, perasaan itu tertepis
sudah, dan tersadarkan olehku bahwa ini adalah jalan kehidupan yang paling baik
yang diberikan oleh Allah, proses kehidupan pesantrenlah yang banyak merubahku,
pengasuhan dan pendidikannya yang menjadikanku menerima kehidupan nyata, hingga
ku mengerti bahwa tidak sedikit orang yang mengalami hal yang serupa, bahkan
kehilangan keduanya atau seluruh keluarga, tapi mereka mampu untuk tegar dan
sukses menghadapi hidup, meskipun ada beberapa yang tersandung dengan serba
kekurangan bahkan krisis moral yang disebabkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang. Sungguh rahasia Allah tidak pernah kita ketahui, hikmah dari cobaan ini
sangat memberikan berkah, kemandiriian, ketegaran, kesederhanaan dan semua yang
mungkin tidak aku dapatkan jika aku masih dalam rangkulan orangtua jikalau
beliau masih ada.
Hatiku bersyukur padaMu ya Allah, dan berikanlah pahala kebaikan untuk orangtuaku.
Kematian adalah ketetapan yang nyata, yang tidak akan pernah bisa kita
hindari, kapan, dimana, dalam kondisi apapun, kita tidak akan pernah
mengetahuinya, Allah lah yang memberikan batasan dan waktu berapa lama kita
hidup dibumi ini, ketika muda atau tua, kaya atau miskin pasti akan menemui
kematian, beriman atau kafir pasti akan diambil nyawanya oleh sang pemilik,
sampai dibelahan bumi manapun , karena semua yang berjiwa pasti akan merasakan
kematian .
Firman-Nya dalam surat al-imron ayat 185, yang harus selalu kita ingat,
bahwa semua yang berjiwa akan menemui ajalnya, akan menghadapi perpisahan yang
nyata dengan dunia ini, tidak ada perbedaan dengan jiwa- jiwa yang lain, semua
sama akan merasakannya, dan kembali kepada sang pencipta.
Manusia di abad terdahulu pun tidak ada yang abadi, rasul serta
sahabatnya tidak ada yang kekal, begitu juga kita, tetangga kita, saudara kita,
orang yang terkasih dan tercinta kita, semua akan menyusulnya.
Kematian adalah hukum Allah, tanpa ada pengecualian, untuk itu kita
harus mengambil hikmah dari kematian ini, bahwa kehidupan didunia hanya
sementara, rumah megah, mobil mewah , kekayaan berlimpah, wajah cantik dan
tampan, semua akan kita tinggalkan begitu saja dan diakhiri dengan kematian. Untuk
itu kita jangan tertipu dengan kehidupan yang sementara ini, karena kehidupan
dunia hanyalah permainan semata.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke
dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali ‘Imran: 185)
untuk itu, janganlah terlarut lama dalam kesedihan karena ditinggalkan orang yang kita sayangi, akan ada hikmah dibalik semua itu, bahkan adanya kematian bisa menjadi bahan untuk kita berfikir agar selalu mengingat akan adanya kehidupan kelak diakhirat, dan tidak terbuai lengah dengan kesenangan sementara didunia, karena apa yang ada didunia hanyalah titipan untuk kita, alangkah baiknya sisa hidup kita didunia kita isi dengan hal yang bermanfaat , karena kita tidak pernah tahu tempat manakah yang akan menjadi milik kita kelak, neraka kah atau surga.
Dengan mengharap rahmat dan ridho Allah, Semoga kita selalu di dekatkan
dengan hamba-hamba Nya yang sholeh dan sholehah didunia ataupun di akhirat.
Amiin yaa robbal 'aalamiin.
(shofw el fikry)
Nangis bacanya.......... Allaahummaghfir laha warhamha wa 'aafihaa wa'fu ;anhaa..
BalasHapuspasti eka juga berurai air mata nulisnya.. mengingat kembali memori kelam.
Subhanalloh.., betapa semua kejadian itu membentuk eka jadi sosok yang tegar dan mandiri.
Tulisan yang positif dan inspiratif.
makasih teh.....saling doa yaah...yuk semangat !!!!
BalasHapus