Langsung ke konten utama

family project last post

Bismillahirohmanirohim

MasyaAllah tantangan pembelajaran dilevel 3 tentang meningkatkan kecerdasan anak-anak lumayan membuat saya berpikir lama, hingga due time pun terlewati, tepok jidat gara-gara tertidur, padahal sore harinya saya menyicil untuk menuliskan lagi indikator-indikator kecerdasan agar bisa dijadikan rujukan untuk family project… biasa emak-emak untuk menulis empat lembar aja banyak selingannya dengan anak-anak, dan selesai diwaktu isya :), rencana setelah ngeloni mau menulis eh...malah ikut dikelon *tutupmuka.

InsyaAllah untuk  family project, saya mulai dari kecerdasan intelektual dulu, karena baru itu ide yang muncul.


πŸ’•Shofw el fikry family  πŸ’•

πŸ“‹Nama Project :  *bermain dan berhitung*

Alasan pemilihan project ini karena:

* karena zaky diusia tk dan kita memilih untuk belajar dirumah, amanah yang besar untuk saya mengajarkannya, agar tanpa merasa keberatan dalam mempelajarinya, jadi saya akan menggunakan dengan cara permainan.

Fasilitator: Mamah Hizak
Sasaran: Zaky Sf

Asisten : Hisyam Sf

πŸ“† Period Time   || 2 - 5 november 2018


Penugasan:

Mamah mempersiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan untuk permainan berhitung.

Hisyam membantu dan memperagakan permainannya sekaligus belajar mengajarkan pada adiknya.

  • Zaky bermain sekaligus belajar

    Target : 


  •  Belajar kesabaran dan menahan emosi untuk tidak berebutan dalam membuat alat raga berhitung.

  • Senang belajar.

  • Mampu menghitung dasar (pertambahan)



πŸ’Œ Indikator keberhasilan :

Biasanya kakanya sering tanya-tanya adeknya soal tambah menambah, semoga lambat laun adiknya bisa nyambung ketika kakanya bertanya pertambahan yg dasar, dan kaka mengerti kalau adeknya masih dalam tahap pembelajaran.

Semoga Allah berikan kemudahan dalam segalanya.

Robbana zidna u’lumana


#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Galau, pilih aku atau saya..........

Bulan kemarin saya memulai lagi menulis blog setelah sekian lama berhenti karena banyak alasan, alias tidak menyempatlan diri, getok kepala.... , setelah beberapa tulisan saya   post di blog dan saya baca kembali, rasanya kok tulisan saya agak gemana gitu, seperti ada kesan lain, dan saya pun bingung sekaligus dilema...yah galau laah,   antara memilih kata tunggal aku atau saya yang baik dalam penulisan, setelah membaca dari berbagai sumber, kesimpulannya seperti ini:  Aku dan saya memiliki arti yang sama, hanya beda dalam menggunakannya, dalam kamus besar bahasa indonesia Aku:   berarti yang berbicara atau yang menulis dalam ragam akrab, dari lain sumber kata aku menunjukkan statusnya lebih tinggi, usia lebih tua, mempunyai nilai puitis.   Sedangkan Saya: menunjukan statusnya lebih rendah, sopan, formal dan terdengar luwes dari pada aku dan dalam ragam resmi atau biasa. lumayan ada pencerahan setelah sedikit membaca buku ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, in

NICE HOMEWORK #8

*MISI HIDUP DAN PRODUKTIVITAS* Bunda, setelah di materi NHW#8 kita belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana menerapkannya secara teknis sbb : a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA (lihat NHW#7)  1. Mengajar anak-anak dirumah b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini : 1. Mental seperti apa yang harus anda miliki untuk menjadi seperti yang anda inginkan ? (BE) saya harus selalu bersemangat untuk belajar, mencari inspirasi pembelajaran untuk anak2, mempersiapkannya sebelum belajar dimulai. Saya harus menanam segala hal yang baik dan positif karena saya akan menuainya kelak. 2. Apa yang harus anda lakukan untuk menjadi seperti yang anda harapkan ?(DO) - segala persiapan pembelajaran esok hari harus sudah siap sebelum tidur. - mencatat target dan evaluasi setiap pembelajaran. -

Rindu yang takkan padam

Ketika itu, seakan aku berjalan tanpa kaki, melayang, lemas, tak bertenaga dan air mata yang tak kuasa ku bendung membanjiri mataku. Di umurku yang masih sangat muda dan membutuhkan kasih sayang. Seorang yang selalu menjadi sandaran, tempat bercerita, harus meninggalka nku tanpa ada suatu pertanda. Pagi itu aku pergi ke sekolah dasar di bandung, entah karena alasan apa mamah dan bapak memilihkan sekolah yang jaraknya tidak dekat dari rumah ku , sehingga mengharuskan ku menaiki angkutan umum dan menyebrangi rel kereta api, padahal masih ada beberapa sekolah yang bisa ku tempuh dengan berjalan kaki, mungkin ini bukan persoalan yang harus dipertanyakan, karena orang tua pasti telah memikirkannya lebih matang untuk kebaikan ku . Kadang aku, adikku dan kakakku, aku anak kedua dari empat bersaudara, selalu pergi bersamaan menuju sekolah. Ketika masih duduk di kelas 1 sd mamahlah yang mengantar dan menjemput ku dan sekarang, aku sudah naik ke kelas lebih tinggi, dan mama