Langsung ke konten utama

Komunikasi produktif (latepost)

Bismillah… walhamdulillah….
Lumayan melentur juga urat-urat sabar, semoga terus terbiasa, dan tidak perlu langsung merespon segala hal keributan dengan emosi.
Tetap menjaga kewarasan atau kesadaran bahwa mereka anak-anak, tenang dan memohon kelembutan hati pada Allah untuk semua jiwa.
Hari-hari ini zaky kalau diminta sesuatu sering ada penolakan sebelumnya, meski hanya bilang ‘nggak…, atau dia asyik dengan mainnya, tapi saya tetap mencoba...seperti buang sampah…’ ayo.. sampah siapa ini…, dia tau yang makan itu dirinya tapi kadang malas melanda kali ya :D, dengan nada tenang dan ramah… ‘kalau kita mau jajan..kita harus mau buang sampahnya sekalian’ kakanya nambahin…., ‘besok ga usah dikasih jajan mah…’ :D zaky langsung sergap buang dan bilang… ‘udah mah…. Sambil senyum, hahahah, entah tepat atau tidak komprod kami, tapi kaka sudah kena effect komprod sepertinya, seperti siang tadi juga, kaka mau jajan dan uangnya basah, saya bilang..’disetrika aja ka uangnya…, langsung hisyam nyalain setrika dan digosoknya satu2, selesai saya dari kerjaan lain saya lanjut lihat kaka, sudah semua ka…, belum sebagian mah…, jawab hisyam…, kemudian dia terburu-buru mengambil setrika sampai saya terkena dikit panasnya, refleks saya teriak...aww kaka…, kalau ga inget komprod, pengennya nyerocos aja :D, tapi luluh dengan ucapan kaka…”maaf maaf mah… ngga marah kan mah, takut hisyam kalo mamah marah kaya dulu ngajar iqro…” hahaahha sambil senyum2 ngomongnya.., “ngga lah...mamah marah itu karena menasehati kaka….
Haduh anak2 itu memang polos, dia mengatakan sesungguhnya atau tidak.. tapi dia mengingatnya.

#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Galau, pilih aku atau saya..........

Bulan kemarin saya memulai lagi menulis blog setelah sekian lama berhenti karena banyak alasan, alias tidak menyempatlan diri, getok kepala.... , setelah beberapa tulisan saya   post di blog dan saya baca kembali, rasanya kok tulisan saya agak gemana gitu, seperti ada kesan lain, dan saya pun bingung sekaligus dilema...yah galau laah,   antara memilih kata tunggal aku atau saya yang baik dalam penulisan, setelah membaca dari berbagai sumber, kesimpulannya seperti ini:  Aku dan saya memiliki arti yang sama, hanya beda dalam menggunakannya, dalam kamus besar bahasa indonesia Aku:   berarti yang berbicara atau yang menulis dalam ragam akrab, dari lain sumber kata aku menunjukkan statusnya lebih tinggi, usia lebih tua, mempunyai nilai puitis.   Sedangkan Saya: menunjukan statusnya lebih rendah, sopan, formal dan terdengar luwes dari pada aku dan dalam ragam resmi atau biasa. lumayan ada pencerahan setelah sedikit membaca buku ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, in

NICE HOMEWORK #8

*MISI HIDUP DAN PRODUKTIVITAS* Bunda, setelah di materi NHW#8 kita belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana menerapkannya secara teknis sbb : a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA (lihat NHW#7)  1. Mengajar anak-anak dirumah b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini : 1. Mental seperti apa yang harus anda miliki untuk menjadi seperti yang anda inginkan ? (BE) saya harus selalu bersemangat untuk belajar, mencari inspirasi pembelajaran untuk anak2, mempersiapkannya sebelum belajar dimulai. Saya harus menanam segala hal yang baik dan positif karena saya akan menuainya kelak. 2. Apa yang harus anda lakukan untuk menjadi seperti yang anda harapkan ?(DO) - segala persiapan pembelajaran esok hari harus sudah siap sebelum tidur. - mencatat target dan evaluasi setiap pembelajaran. -

Rindu yang takkan padam

Ketika itu, seakan aku berjalan tanpa kaki, melayang, lemas, tak bertenaga dan air mata yang tak kuasa ku bendung membanjiri mataku. Di umurku yang masih sangat muda dan membutuhkan kasih sayang. Seorang yang selalu menjadi sandaran, tempat bercerita, harus meninggalka nku tanpa ada suatu pertanda. Pagi itu aku pergi ke sekolah dasar di bandung, entah karena alasan apa mamah dan bapak memilihkan sekolah yang jaraknya tidak dekat dari rumah ku , sehingga mengharuskan ku menaiki angkutan umum dan menyebrangi rel kereta api, padahal masih ada beberapa sekolah yang bisa ku tempuh dengan berjalan kaki, mungkin ini bukan persoalan yang harus dipertanyakan, karena orang tua pasti telah memikirkannya lebih matang untuk kebaikan ku . Kadang aku, adikku dan kakakku, aku anak kedua dari empat bersaudara, selalu pergi bersamaan menuju sekolah. Ketika masih duduk di kelas 1 sd mamahlah yang mengantar dan menjemput ku dan sekarang, aku sudah naik ke kelas lebih tinggi, dan mama