Jiwa manusia itu selalu minta diisi, jikalau jiwa dalam keadaan kosong kemudian ada yang datang memasukinya biasanya akan menjadi kecanduan, contoh anak-anak yang ngga di ajak ngobrol atau main, atau nggak di ajak cerita apa aja sama orang terdekatnya dan kemudian ada handphone yang mampu mengisi jiwanya, maka si anak akan terus-menerus cari hp untuk mengisi kekosongan jiwanya, sama halnya istri atau suami, kalau tidak ada kehangatan dari pasangannya pasti akan mencari yang mengisi jiwanya, entah dengan ngobrol di medsos atau dengan cara waste time lainnya, dan biasanya nagih. Jadi gemana donk... Intinya ya harus saling mengisi, apalagi kalau mengisi jiwanya dengan membaca Alquran dan berdzikir kepada Allah, MasyaAllah tabarakallah...
Bulan kemarin saya memulai lagi menulis blog setelah sekian lama berhenti karena banyak alasan, alias tidak menyempatlan diri, getok kepala.... , setelah beberapa tulisan saya post di blog dan saya baca kembali, rasanya kok tulisan saya agak gemana gitu, seperti ada kesan lain, dan saya pun bingung sekaligus dilema...yah galau laah, antara memilih kata tunggal aku atau saya yang baik dalam penulisan, setelah membaca dari berbagai sumber, kesimpulannya seperti ini: Aku dan saya memiliki arti yang sama, hanya beda dalam menggunakannya, dalam kamus besar bahasa indonesia Aku: berarti yang berbicara atau yang menulis dalam ragam akrab, dari lain sumber kata aku menunjukkan statusnya lebih tinggi, usia lebih tua, mempunyai nilai puitis. Sedangkan Saya: menunjukan statusnya lebih rendah, sopan, formal dan terdengar luwes dari pada aku dan dalam ragam resmi atau biasa. lumayan ada pencerahan setelah sedikit membaca buku ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, in
Komentar
Posting Komentar