Baju itu tak kunjung beres di setrika ijah, numpuk dan numpuk lagi setiap harinya... cucian pun begitu ada saja baju kotor, belum lagi piring kotor yang terus nangkring di westafel meski dicuci setiap selesai makan. Itulah hidup neng ijah...perjuangan tanpa henti, semasih nafas masih dikandung badan tugas kita sebagai manusia masih akan berjalan, terus dan terus hingga ajal menjemput kita. Bersabarlah menghadapi hidup yang hanya sekali ini, bersyukurlah karena masih banyak orang yang tidak bisa merasakan hidup secara normal, ada yang sakit dan terbaring, kelaparan tidak bisa makan, badan kedinginan tanpa selimut...syukurilah kelelahan kelelahan itu... insyaAllah akan menjadi pahala jika dilakukan dengan tulus hati atau ikhlas, bukan hanya kamu neng ijah...semua manusia merasakan itu, apapun profesinya... selalu libatkan Allah dalam setiap pekerjaan kita, langkah kita dan setiap detak jantung kita.... insyaAllah akan terasa mudah... keep fighting.... yuk semangaaaat!!!!!!
Ketika itu, seakan aku berjalan tanpa kaki, melayang, lemas, tak bertenaga dan air mata yang tak kuasa ku bendung membanjiri mataku. Di umurku yang masih sangat muda dan membutuhkan kasih sayang. Seorang yang selalu menjadi sandaran, tempat bercerita, harus meninggalka nku tanpa ada suatu pertanda. Pagi itu aku pergi ke sekolah dasar di bandung, entah karena alasan apa mamah dan bapak memilihkan sekolah yang jaraknya tidak dekat dari rumah ku , sehingga mengharuskan ku menaiki angkutan umum dan menyebrangi rel kereta api, padahal masih ada beberapa sekolah yang bisa ku tempuh dengan berjalan kaki, mungkin ini bukan persoalan yang harus dipertanyakan, karena orang tua pasti telah memikirkannya lebih matang untuk kebaikan ku . Kadang aku, adikku dan kakakku, aku anak kedua dari empat bersaudara, selalu pergi bersamaan menuju sekolah. Ketika masih duduk di kelas 1 sd mamahlah yang mengantar dan menjemput ku dan sekarang, aku sudah naik ke kelas lebih tinggi, dan mama...
Komentar
Posting Komentar