Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata dapur, pastinya bayangan kompor, panci, dan perkakas alat memasak plus bumbu-bumbu beranekaragam yang menghiasi rak dapur, daan.... tidak ketinggalan koki cantik emak-emak yang rela berlama-lama bau minyak, betulkan? Meski sudah banyak sih kaum adam yang sudah pintar turun dapur, tapi emak-emak pastinya juara yah...enak ga enak masakannya kudu bin harus nyemplung ke dapur, bisa ga bisa kudu nyicip rasanya kecepretan minyak panas, :D.
Sejak sd mamah saya udah sering ngenalin sama hal-hal yang berbau dapur, cara masak nasi ga pake ricecooker, ngipasin nasi sebelum siap dihidang, meski cuma yang ringan-ringan saja, tapi itu masih membekas dimemori saya, sebulan sebelum tamat sd mamah yang selalu mengajarkan saya bagaimana menjadi seorang perempuan dipanggil oleh sang kholik, padahal ilmu tentang keputrian baru sampe gemana beres-beres rumah aja, masak baru sampe masak nasi, sedih bukan main ketika itu, tapi hikmah besar banyak sekali saya dapat setelah itu, saya banyak belajar tentang keputrian di pesantren, dan kembali masuk dapur ya waktu kuliah yang hanya masak sekedarnya, hingga sampe saat ini sudah beranak dua pun saya tidak terlalu banyak memasak yang ribet-ribet, saya suka yang simpel dan tidak terlalu pintar soal bumbu2 itu ini, jadi cookpad ato googling masih jadi andalan ketika bingung mau masak apa :D, dapur pun kita masih pindah-pindah, nasib kontraktor, jadi alat dapur pun masih sekedarnya.
tapi satu hal yang masih jadi pr selama 8 tahun pernikahan dan masih sering terulang, masakan saya sering asin, kata suami. kadang saya suka mengedepankan sense of feeling jadi ngerasainnya ga terlalu intense, atau kepedean yah....hahaha, yah semoga setelah punya dapur sendiri masak menjadi asyik tanpa harus meringis keasinan lagi :D
#day 3
#rumbelkaltimra
#odos
Bulan kemarin saya memulai lagi menulis blog setelah sekian lama berhenti karena banyak alasan, alias tidak menyempatlan diri, getok kepala.... , setelah beberapa tulisan saya post di blog dan saya baca kembali, rasanya kok tulisan saya agak gemana gitu, seperti ada kesan lain, dan saya pun bingung sekaligus dilema...yah galau laah, antara memilih kata tunggal aku atau saya yang baik dalam penulisan, setelah membaca dari berbagai sumber, kesimpulannya seperti ini: Aku dan saya memiliki arti yang sama, hanya beda dalam menggunakannya, dalam kamus besar bahasa indonesia Aku: berarti yang berbicara atau yang menulis dalam ragam akrab, dari lain sumber kata aku menunjukkan statusnya lebih tinggi, usia lebih tua, mempunyai nilai puitis. Sedangkan Saya: menunjukan statusnya lebih rendah, sopan, formal dan terdengar luwes dari pada aku dan dalam ragam resmi atau biasa. lumayan ada pencerahan setelah sedikit membaca buku ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, in
Komentar
Posting Komentar