23 tahun sudah perpisahan saya dengan mamah, selama itulah proses pendewasaan berlangsung bagi saya dan adik-adik saya, kami berempat tiga perempuan dan satu kakak lelaki.
Tragedi kecelakaan angkot dengan kereta api di bandung tahun 1994 menjadi takdir perpisahan kami, dan hanya untaian-untaian doa yang bisa kami berikan untuk mamah terbaik kami sejak itu.
Mamah adalah seorang yang baik dan murah hati sekali, dimata orang yang mengenali mamah seperti tetangga, saudara-saudara bapak atau saudara mamah sendiri, semua merasa kehilangan ketika Allah memanggilnya, sampai-sampai jika kami bersilaturahmi ke keluarga mamah sering sekali melihat mereka meneteskan air mata karena mengingat sosok mamah.
Didalam keluarga, mamah adalah seorang mamah yang rajin, tegas dan serius dalam mendidik kami untuk menjadi pribadi yang mandiri, sejak sd saya masih ingat selalu di suruh untuk mengerjakan tugas-tugas rumah, dan
mengasuh adik, kakak laki-laki saya sudah diajarkan untuk berjualan es keliling, bukan karena keadaan tidak ada, tetapi untuk pendidikan dan kemandirian.
Dan setelah kepergiannya semua terpaksa harus lebih mandiri, kami semua dikirimkan ke pesantren, kita lebih banyak belajar disana, proses pendewasaan semuanya berada dipesantren, sejak itu kami minim kasih sayang mamah, tetapi bapak masih berada didekat kami meski harus terbagi karena hal-hal yang baru, sejak itu semua permasalahan hidup yang kami jalani ini menjadi pembelajaran dan pendewasaan bagi kami semua.
Semua kejadian ini tidak lepas dari takdir Allah, didalamnya terdapat hikmah besar yang saya rasakan dari semua ini, doa kami saat ini semoga Allah mempertemukan kita kembali kelak disurga-Nya Aamiin.
#day8
#rumbel iip
#kaltimra
Komentar
Posting Komentar